Asap letusan Gunung Bromo vertikal mulai terlihat, Senin (29/11) dari Dusun Cemaralawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Probolinggo
Salah satu pemilik mobil hardtop di Desa Ngadas, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Maryono (45), kini hanya menyiagakan kendaraan untuk mengangkut warga jika ada kondisi darurat. Sudah beberapa hari ini kendaraannya tidak disewakan. Apalagi, sejak Jumat (26/11/2010) sore, Bromo mengalami erupsi minor.
Jumlah jip yang dimiliki warga Tengger di Desa Ngadas, Jetak, Wonotoro, dan Ngadisari mencapai 177 kendaraan. Biasanya, kendaraan digunakan bergiliran sesuai permintaan.
Untuk perjalanan ke kawah Bromo dan Penanjakan I di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Pasuruan, tarifnya Rp 275.000. Tidak semua uang sewa itu diterima pemilik jip.
Sebagian disetorkan untuk koperasi dan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Jika dikelola sopir bayaran dan dipotong biaya bahan bakar, pendapatan bersih pemilik mobil berkisar Rp 125.000 setiap perjalanan. Kalau hanya sampai kawah Bromo, tarifnya lebih rendah dan pendapatan pemilik juga lebih sedikit.
Maryono tak terlalu khawatir terhadap aktivitas vulkanik Bromo karena ia masih menggarap ladang kubis, bawang prei, dan kentang. Hanya saja, para sopir, misalnya Yudi (32), sedikit resah kendati masih mendapatkan wisatawan untuk diantarkan ke Penanjakan II di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. ”Bulan ini sudah ada 6 pesanan, tetapi ada yang terancam batal,” katanya. Sumber nafkah Yudi hanya dari mengantar wisatawan.
Para penyedia jasa sewa kuda di lautan pasir Bromo kini juga terpaksa mengandangkan peliharaannya. Mentor (41), warga Ngadisari, Kecamatan Sukapura, mengatakan, kudanya yang bernama Belang sudah 11 hari tidak bekerja. Belang hanya dikandangkan, diberi makan, dan sesekali diajak berjalan-jalan ke lapangan dan dimandikan.
Kuda Sunarjo (32) yang bernama Jonis juga bernasib sama. Sebelumnya, sehari-hari Sunarjo bisa mendapatkan Rp 75.000, bahkan Rp 750.000 saat musim liburan.
Sewa kuda dipatok Rp 100.000 per perjalanan. Namun, Rp 25.000 dipotong untuk kas koperasi dan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Di tiga desa di Kecamatan Sukapura, yaitu Desa Ngadisari, Wonotoro, dan Jetak, ada 275 kuda sandel jantan (sandalwood horse) yang disewakan secara bergiliran.
Tetap tenang
Kendati kehilangan pendapatan dari sewa jip dan sewa kuda, Maryono, Sunarjo, dan Mentor tetap tenang. ”Sabar aja. Waktu meletus tahun 2004 saya sedang di bawah tangga kaldera. Saya langsung lari. Kuda lepas dan pulang sendiri. Tetapi, selama ini aman. Poten (pura) juga cuma kena kerikil di pinggirnya,” kata Sunarjo yang memiliki seorang anak perempuan berusia dua tahun.
Keberadaan lautan pasir membesarkan hati dan melindungi warga. Sementara tak menyewakan kuda atau jip, warga Tengger mencurahkan perhatian ke lahan pertanian mereka. Mentor menggarap ladangnya yang seluas 0,5 hektar. Mencangkul, menanam benih kentang, dan memberi pupuk sepanjang musim hujan ini.
Kesabaran menerima gejala alam ini pun merata pada para pelaku pariwisata di sekitar Gunung Bromo. Penjual kaus bergambar Gunung Bromo, Sumanto (18), mengatakan, jumlah penjualan tidak tentu. Adakalanya dalam sehari bisa laku 30 lembar, adakalanya hanya beberapa lembar kaus yang dapat dijual warga Kecamatan Lumbang, Probolinggo, itu. Tetapi, ia menerima saja kondisi itu.Pengelola wisata petik stroberi, Sri Mukti (50), di Desa Wonokerto, Sukapura, juga mengatakan, hampir tak ada pengunjung mampir ke tempatnya. Padahal, pendapatannya bisa mencapai Rp 500.000 saat ramai pengunjung.
Kini warga tetap menjalani kehidupan sambil berharap aktivitas Bromo akan kembali normal. Menurut Mentor, kalau tak menyewakan kuda, ya menggarap ladang. Kalau ladang kena abu, setelah itu lahan bisa lebih subur.
Sumber :Kompas Cetak
Siswa SD Negeri Ngadisari II berdoa meminta keselamatan dan perlindungan kepada Tuhan terkait peningkatan aktivitas Gunung Bromo di Desa Ngadisari, Sukapura, Probolinggo, Jumat (26/11/2010) kemarin. Sebelumnya, anak-anak suku Tengger ini menggelar doa di halaman sekolah mereka.
Gunung Bromo mengeluarkan asap putih terlihat dari Gunung Pananjakan, Tosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Rabu (24/11/2010). Gunung Bromo kini berstatus awas dengan jarak aman radius 3 kilometer dari puncak.
AWAS BROMO
PROBOLINGGO, KOMPAS.com — Letusan kecil terjadi di Gunung Bromo sekitar pukul 17.40. Letusan menimbulkan kepulan asap berwarna kelabu kehitaman dengan ketinggian kolom asap sekitar 500 meter.
Wisatawan berfoto dengan latar Gunung Bromo yang mengeluarkan asap sulfatara di Desa Ngadisari, Sukapura, Probolinggo, Kamis (25/11/2010). Wisatawan dan warga dilarang untuk mendekati kawah bromo dengan radius tiga kilometer.
Warga suku Tenggger membawa hasil bumi untuk dilarung ke kawah Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, pada puncak perayaan Yadnya Kasada, Kamis (26/8/2010). Yadnya Kasada merupakan ritual warga suku Tengger dengan melarung hasil bumi atau ternak ke kawah Bromo sebagai wujud penghormatan terhadap nenek moyang mereka.
TERKAIT:
- Gempa Vulkanik Bromo Makin Sering
- Aktivitas Gunung Bromo Menurun
- Koordinasi Disiapkan
- Wisatawan Bromo Dialihkan ke Malang
- Abu Bromo Mendarat di Kabupaten Malang
Video Gunung Klik untuk lihat http://stat.k.kidsklik.com/data/script/embed/ent_vod.php?video=/data/vod/2010/07/16/20100716_tengger.mp4
Sumber berita dari : http://regional.kompas.com/read/2010/11/26/18072693/Gunung.Bromo.Meletus.Kecil.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Mengimbas kembali trip saya ke gunung bromo pada 23 julai 2010 yang lepas.
http://hamydy.wordpress.com/2010/07/26/gunung-bromo-surabaya-indonesia-2010/